Perempuan mengirim pesan pada lelaki yang dikasihinya; aku rindu. Lelaki ganti mengirim pesan; aku juga.
Perempuan mengirim pesan pada lelaki yang dikasihinya; aku rindu. Rinduku Menggunung. Lelaki membalas pesan; aku juga rindu. Belum menggunung. Masih bukit.
Perempuan terdiam. Masih bukit?, pikirnya dalam hati. Hanya bukit?, pikirnya lagi masih dalam hati. Mmm…
Lelaki tersadar, sesaat setelah mengirim pesan. Tapi tak diralatnya pesan tentang bukit rindu tadi.
Dan perempuan itu setengah merajuk berkata:di mana-mana itu bukit lebih rendah daripada gunung. jadi rinduku padamu jauh lebih tinggi ketimbang rindumu padaku. atau begini, setiap harinya rinduku padamu bergerak menurut deret ukur, sedangkan rindumu padaku berjalan seperti deret hitung. Oh …
Lelaki yang sabar juga tampan itu ganti berkata:jangan berpikir begitu. bukit itu bukan berarti lebih rendah dari gunung. bukit barisan itu coba. terbentang luas.
Dan keduanya tertawa.
Perempuan berkata pada lelaki yang dikasihinya; aku rindu. Lelaki balas berkata; aku juga.
Kali ini rindu saja tanpa satuan. Hanya rindu. Lagipula adakah satuan yang tepat untuk dapat menggambarkan perasaan? untuk mendeskripsikan rindu, untuk menjabarkan luasnya kasih, untuk menerangkan suka cita yang berkumpul di hati saat menghabiskan menit-menit bersama yang terkasih?
Dan perempuan itu tak lagi merajuk (ah, ia sebenarnya memang tak berniat merajuk, ia hanya senang membahas hal-hal tak penting bersama lelaki itu. buatnya ini menyenangkan :))
by ata, 10.11.2006
(thx utk seorang teman yang sdh sharing puisi cantik ini)
Saturday, October 25, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment