Enam puluh tahun lalu, tepatnya 3 November 1948, judul ”Dewey Defeat Truman” (Dewey Kalahkan Truman) itu diturunkan sebagai berita utama Chicago Daily Tribune seusai pemilu presiden AS. Pada kenyataannya, pemenang pemilu presiden itu adalah Harry Truman (Demokrat), bukan Thomas E Dewey (Republik).
Hingga 60 tahun kemudian, berita yang ditulis Arthur Sears Henning itu masih menjadi pelajaran paling diingat oleh kalangan wartawan dalam meliput dan memberitakan pemilu presiden. Itulah bahayanya jika ingin menjadi yang pertama menyiarkan berita besar tanpa mengetahui kepastian dan akurasi beritanya.
Mengapa bisa sampai turun berita semacam itu? Lewis Kramer dalam situs HistoryBuff.com menyebutkan, ada beberapa faktor yang membuat berita salah itu tercetak.
Penghitungan suara berjalan lambat dan surat kabar itu dikejar deadline untuk terbit. Berdasarkan hasil penghitungan awal, kata Kramer, staf yang bertugas ”merasa” Dewey akan menang.
Setelah surat kabar dicetak dan mulai didistribusikan, hasil penghitungan menunjukkan perolehan Truman makin mendekati Dewey. Bisa ditebak, hasil akhirnya adalah kemenangan Truman.
Para pegawai Chicago Daily Tribune harus dikerahkan untuk mendapatkan kembali surat kabar dengan berita salah itu. Ribuan eksemplar berhasil ditarik, tetapi banyak juga yang sampai ke tangan pembaca.
Sebelah mata
Begitu yakinnya para wartawan, politisi, dan pengamat akan kemenangan Dewey membuat mereka memandang Truman sebelah mata. Padahal, Truman adalah incumbent, yang sedang menjabat presiden menggantikan Franklin D Roosevelt yang meninggal sebelum masa pemerintahannya berakhir.
Truman juga bertanggung jawab atas keputusan penting untuk mengakhiri Perang Dunia II dengan menjatuhkan bom di Jepang. Dia juga membuat Doktrin Truman untuk memberikan bantuan kepada Turki dan Yunani sebagai bagian dari politik pembendungan.
Akan tetapi, publik dan media seakan-akan memusuhi Truman. Mereka menyebut Truman ”lelaki kecil” dan tidak layak. Barangkali penyebab utama ketidaksukaan terhadap Truman disebabkan dia tidak seperti Roosevelt yang mereka cintai.
Di lain pihak, Dewey masih terhitung muda, menyenangkan, dan hanya kalah dengan selisih kecil dari Roosevelt dalam pemilu tahun 1944. Banyak pihak yakin Dewey akan menang mudah, bahkan dengan kemenangan mutlak.
Rupanya Truman tak gentar. Dia bekerja keras membuat pemilih keluar dan melihat dia. Dalam enam pekan, dia telah berkeliling sejauh 51.200 kilometer dan berpidato 355 kali. Slogan kampanyenya sangat terkenal, ”Give ’em Hell, Harry!” (Beri Mereka Neraka, Harry!).
Sebaliknya, merasa di atas angin, kubu kampanye Dewey memutuskan untuk berkampanye biasa-biasa saja. Bahkan, begitu yakinnya kubu Republik, mereka sedikit sekali berkampanye.
Mendekati pemilu, jajak pendapat menunjukkan Truman bisa menghentikan laju keunggulan Dewey. Namun, semua media tetap yakin Dewey akan menang mutlak.
Tidak tahu
Hari Selasa, 2 November 1948, Truman dan keluarganya memberikan suara di Independence, Missouri. Dia kemudian menuju Excelsior Springs dan menghabiskan malam dengan menunggu hasil pemilu.
Saat malam bergulir, Truman telah memimpin dalam perolehan suara pemilih (popular votes). Kendati begitu, para wartawan masih yakin Truman tidak memiliki kesempatan.
Truman tidur lebih awal malam itu dan mengetahui bahwa dia telah kalah dalam pemilu. Keesokan harinya, dia bangun dan akhirnya tahu bahwa dia menang.
Truman mendapat 24.179.347 suara (49,6 persen) dan 303 electoral votes dari 28 negara bagian. Adapun Dewey memperoleh 21.991.292 suara (45,1 persen) dan 189 electoral votes dari 16 negara bagian. Dewey akhirnya mengakui kekalahan dari Truman.Dalam perjalanan ke St Louis, dia disuguhi satu edisi Chicago Daily Tribune dengan judul ”Dewey Defeat Truman” itu. Saat itulah sebuah foto surat kabar paling terkenal abad ini diambil, yaitu ketika Truman mengangkat koran tersebut.
Hingga 60 tahun kemudian, berita yang ditulis Arthur Sears Henning itu masih menjadi pelajaran paling diingat oleh kalangan wartawan dalam meliput dan memberitakan pemilu presiden. Itulah bahayanya jika ingin menjadi yang pertama menyiarkan berita besar tanpa mengetahui kepastian dan akurasi beritanya.
Mengapa bisa sampai turun berita semacam itu? Lewis Kramer dalam situs HistoryBuff.com menyebutkan, ada beberapa faktor yang membuat berita salah itu tercetak.
Penghitungan suara berjalan lambat dan surat kabar itu dikejar deadline untuk terbit. Berdasarkan hasil penghitungan awal, kata Kramer, staf yang bertugas ”merasa” Dewey akan menang.
Setelah surat kabar dicetak dan mulai didistribusikan, hasil penghitungan menunjukkan perolehan Truman makin mendekati Dewey. Bisa ditebak, hasil akhirnya adalah kemenangan Truman.
Para pegawai Chicago Daily Tribune harus dikerahkan untuk mendapatkan kembali surat kabar dengan berita salah itu. Ribuan eksemplar berhasil ditarik, tetapi banyak juga yang sampai ke tangan pembaca.
Sebelah mata
Begitu yakinnya para wartawan, politisi, dan pengamat akan kemenangan Dewey membuat mereka memandang Truman sebelah mata. Padahal, Truman adalah incumbent, yang sedang menjabat presiden menggantikan Franklin D Roosevelt yang meninggal sebelum masa pemerintahannya berakhir.
Truman juga bertanggung jawab atas keputusan penting untuk mengakhiri Perang Dunia II dengan menjatuhkan bom di Jepang. Dia juga membuat Doktrin Truman untuk memberikan bantuan kepada Turki dan Yunani sebagai bagian dari politik pembendungan.
Akan tetapi, publik dan media seakan-akan memusuhi Truman. Mereka menyebut Truman ”lelaki kecil” dan tidak layak. Barangkali penyebab utama ketidaksukaan terhadap Truman disebabkan dia tidak seperti Roosevelt yang mereka cintai.
Di lain pihak, Dewey masih terhitung muda, menyenangkan, dan hanya kalah dengan selisih kecil dari Roosevelt dalam pemilu tahun 1944. Banyak pihak yakin Dewey akan menang mudah, bahkan dengan kemenangan mutlak.
Rupanya Truman tak gentar. Dia bekerja keras membuat pemilih keluar dan melihat dia. Dalam enam pekan, dia telah berkeliling sejauh 51.200 kilometer dan berpidato 355 kali. Slogan kampanyenya sangat terkenal, ”Give ’em Hell, Harry!” (Beri Mereka Neraka, Harry!).
Sebaliknya, merasa di atas angin, kubu kampanye Dewey memutuskan untuk berkampanye biasa-biasa saja. Bahkan, begitu yakinnya kubu Republik, mereka sedikit sekali berkampanye.
Mendekati pemilu, jajak pendapat menunjukkan Truman bisa menghentikan laju keunggulan Dewey. Namun, semua media tetap yakin Dewey akan menang mutlak.
Tidak tahu
Hari Selasa, 2 November 1948, Truman dan keluarganya memberikan suara di Independence, Missouri. Dia kemudian menuju Excelsior Springs dan menghabiskan malam dengan menunggu hasil pemilu.
Saat malam bergulir, Truman telah memimpin dalam perolehan suara pemilih (popular votes). Kendati begitu, para wartawan masih yakin Truman tidak memiliki kesempatan.
Truman tidur lebih awal malam itu dan mengetahui bahwa dia telah kalah dalam pemilu. Keesokan harinya, dia bangun dan akhirnya tahu bahwa dia menang.
Truman mendapat 24.179.347 suara (49,6 persen) dan 303 electoral votes dari 28 negara bagian. Adapun Dewey memperoleh 21.991.292 suara (45,1 persen) dan 189 electoral votes dari 16 negara bagian. Dewey akhirnya mengakui kekalahan dari Truman.Dalam perjalanan ke St Louis, dia disuguhi satu edisi Chicago Daily Tribune dengan judul ”Dewey Defeat Truman” itu. Saat itulah sebuah foto surat kabar paling terkenal abad ini diambil, yaitu ketika Truman mengangkat koran tersebut.
No comments:
Post a Comment